Padukuhan Mandingan

kknuiiunit35 25 Agustus 2024 13:56:13 WIB

Wilayah Padukuhan Mandingan


Padukuhan Mandingan berada di paling ujung utara desa Kebonagung dan berbatasan wilayah dengan dengan desa Karangtalun dan bagian selatan berbatasan dengan Padukuhan Kanten. Padukuhan Mandingan yang dikepalai oleh Bapak Suradi Wiyono memiliki luas wilayah sekitar: 41.9 Ha, dengan luas wilayah pemukiman: 14.28 Ha dan luas daerah persawahan: 34.82 Ha. Wilayah padukuhan Mandingan meliputi 4 RT, berikut adalah nama-nama tiap RT beserta dengan nama ketua RT nya

Nama tiap RT beserta ketuanya di Padukuhan Mandingan

No Nama RT Nama Ketua RT
1. RT 01 Wolosono Bapak Jumawal
2. RT 02 Mandingan Bapak Giyanto
3. RT 03 Candran Bapak Saryanto
4. RT 04 Mranggen Bapak Purwanto

Jumlah Penduduk Padukuhan Mandingan

Padukuhan Mandingan memiliki jumlah penduduk sebanyak 631 jiwa. Berikut adalah rincian dari penduduk masing-masing RT:

No Nama RT Jumlah Penduduk Jumlah Kartu Keluarga
1. RT 01 Wolosono 211 Jiwa 64 KK
2. RT 02 Mandingan 86 Jiwa 32 KK
3. RT 03 Candran 122 Jiwa 48 KK
4. RT 04 Mranggen 212 Jiwa 59 KK

Potensi Padukuhan Mandingan

Karena lahan persawahan yang luas, masyarakat Padukuhan Mandingan mayoritas berprofesi sebagai petani serta peternak. Berikut adalah kelompok yang ada di padukuhan Mandingan:

Kelompok Tani “Karya”

Kelompok tani adalah wadah kerjasama para petani yang dibentuk untuk meningkatkan keterampilan, kemandirian, dan efisiensi dalam pengelolaan usaha tani melalui pengembangan pengetahuan, penyuluhan, serta penyediaan sarana produksi.
Kelompok tani yang diketuai oleh Bapak Mujiyono ini berlokasi di area Bulak Karya Selatan Mandingan, dengan tujuan utama untuk meningkatkan kemampuan, kemandirian, dan efisiensi para petani. Melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, kelompok ini membantu anggotanya menjadi lebih mandiri dalam mengelola usaha tani mereka. Selain berfungsi sebagai unit produksi yang menyediakan sarana penting seperti traktor, benih, dan pupuk untuk meningkatkan efisiensi, kelompok tani juga berperan sebagai wadah penyuluhan yang mendorong inovasi dan meningkatkan efektivitas pembinaan. Lebih dari itu, kelompok ini memperkuat kerja sama antar petani serta dengan pihak eksternal, menjadikannya pilar penting dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan melestarikan tradisi pertanian.

Kelompok Peternak “Sido Renggeng”

Kelompok peternak di desa adalah organisasi lokal yang terdiri dari peternak setempat, dibentuk untuk meningkatkan keterampilan, efisiensi, dan kesejahteraan anggotanya melalui kerja sama dalam pengelolaan ternak, penyuluhan, serta akses terhadap sumber daya dan pasar.
Kelompok ternak di Padukuhan Mandingan terdapat di RT 02 Mandingan dengan nama kelompok Sido Renggeng. Kelompom ternak ini telah berdiri sejak akhir 2023 dan di diawali oleh bantuan Dinas pemerintahan Bantul. Dinas bantul memberikan bantuan 11 ekor kambing dan sekarang telah bertambah menjadi 25 ekor. Tujuan dibentuknya kelompok ternak bagi warga adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan peternak melalui kerja sama dalam pengelolaan ternak, pelatihan, serta akses ke sumber daya dan pasar. Harapannya, kelompok ternak dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggotanya, memperkuat kemandirian ekonomi, serta mendorong inovasi dan praktik beternak yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Kelompok ternak ikan lele “Catfish Mandingan”

Catfish Mandingan merupakan kelompok ternak lele yang berlokasi di RT 02 Padukuhan Mandingan. Kelompok ternak lele ini didirak oleh pemuda RT 02 pada Maret 2024 dan mendapatkan dukungan dari Dinas Pemerintahan Bantul berupa bantuan. Tujuan kelompok ternak lele untuk pemuda adalah memberdayakan mereka dengan keterampilan wirausaha dan meningkatkan produktivitas ekonomi. Dan harapan kedepannya adalah dapat mengurangi pengangguran dan mendorong kemandirian ekonomi serta inovasi di kalangan pemuda.

Potensi Wisata dan Budaya Padukuhan Mandingan

Pengembangan dan ekspansi Museum Tani Jawa Indonesia

Museum Tani Jawa Indonesia didirikan oleh Kristya Bintara, mantan Lurah Desa Kebonagung, pada tahun 1998. Pada tahun 2005, ia mulai mengumpulkan berbagai alat pertanian dalam sebuah bangunan mirip pendopo, yang sayangnya runtuh akibat gempa Yogyakarta tahun 2006. Museum ini dibangun kembali dan diresmikan pada 4 Mei 2007. Setelah itu, koleksi yang rusak diperbaiki. Museum ini menampung sekitar 620 koleksi alat pertanian tradisional Jawa, termasuk lesung dari tahun 1920-an, serta berbagai alat dari batu, besi, bambu, kayu, dan aluminium. Museum Tani Jawa merupakan bagian dari Padukuhan Mandingan, yang menawarkan pengalaman edukatif tentang budaya tani. Kerja sama dengan biro perjalanan seperti Asia Link dan Accor Group mendatangkan sekitar 1.000 wisatawan setiap tahun. Museum ini berupaya mewariskan nilai-nilai petani yang rendah hati dan selalu bersyukur kepada generasi mendatang.

Karawitan

Di Desa Wolosono terdapat kesenian tradisional yang telah berdiri sejak tahun 1918 hingga 2024, sebuah warisan budaya yang telah bertahan selama lebih dari seabad. Kesenian ini awalnya digagas oleh Ibu Sudiwiranto, yang memulai dengan gamelan milik pribadi. Pada tahun 2014, kelompok ini menerima bantuan dari bagian kesenian berupa satu set gamelan selendro dan pelog.
Kelompok karawitan ini terdiri dari 24 personil asli, namun yang aktif berpartisipasi ada sekitar 20 orang, terdiri dari 12 penabuh dan 8 orang sebagai girong beserta sinden. Struktur kepemimpinan dalam kelompok ini meliputi Ketua Ibu Sudiwiranto, Wakil Ketua Pak Darjio, dan leader Pak Wakijo. Tiga sinden yang berperan adalah Mbak Legi, Tukiyah, dan Siti.
Setiap tahunnya, kelompok karawitan ini selalu diundang untuk tampil di acara Keraton Ngayogyakarta oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Latihan rutin dilaksanakan setiap malam Selasa, mulai pukul 20.00 WIB hingga tengah malam. Dari seluruh personil, hanya empat orang yang merupakan warga asli Wolosono, sedangkan sisanya berasal dari desa-desa lain di sekitarnya.
Selain tampil di Keraton, kelompok ini juga sering diundang untuk tampil di acara-acara lain seperti pernikahan atau hajatan desa. Mereka memiliki dua set seragam untuk digunakan dalam berbagai kesempatan. Adapun 27 pasang instrumen gamelan yang dimiliki meliputi:

Gender Slentem Gong Gender penerus
Gambang Bonang (termasuk Bonang penerus pelog yang pendek dan Bonang penerus slendro) Saron Peking
Kendang (terdiri dari bedug, batengan, dan ketipung kecil) Ketuk/Kenong Kempyang Suling
Siter

Namun, kelompok karawitan ini menghadapi tantangan serius, yaitu kurangnya minat dari generasi muda untuk meneruskan tradisi ini. Akibatnya, kesenian ini semakin jarang terlihat dan lebih banyak dimainkan oleh para anggota yang sudah berusia lanjut. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kesenian tradisional ini dapat semakin tergerus jika tidak ada regenerasi yang memadai.

Gejog Lesung “Gemah Ripah”

Kesenian Gejog Lesung sudah ada sejak zaman dahulu di desa Candran tetapi aktif kembali setelah Candran menjadi desa wisata dan kesenian Gejog Lesung sebagai salah satu Kesenian tradisional untuk menyambut tamu yang datang berkunjung. Saat ini, ketua dari kelompok kesenian Gejog Lesung adal Bapak Slamet. Dibuatnya kelompok kesenian untuk mendidik para generasi muda tentang pentingnya seni dan Budaya Gejog Lesung Khususnya seni dan Budaya tradisional. Kesenian ini juga melatih dan membimbing para generasi muda untuk memelihara atau melestarikan seni dan budaya Gejog Lesung. Serta diharapkan dapat berpartisipasi aktif Dalam melestarikan Dan mengembangkan kesenian dan budaya daerah. Kelompok Gejog Lesung Gemah Ripah kerap tampil di banyak acara kesenian yang ada di Yogyakarta dan khususnya Bantul.

Hadroh As-Syifa

Hadroh As-Syifa dibentuk di Candran sejak 2023. Nama As-Syifa sendiri dipilih dengan harapan dengan bershalawat bisa menjadi obat fisik atau mental. Kelompok ini dipimpin oleh Ibu Siti Nurjanah dan klompok Hadroh As-Syifa dibuat dengan tujuan sebagai sarana mendidik para generasi muda tentang pentingnya agama, seni dan budaya tradisional. Dan juga dengan adanya kelompok ini Candran dapat berpartisipasi secara aktif membantu melestarikan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan daerah khususnya seni Hadroh Shalawat.

Kebijakan Privasi

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License